Selasa, 22 Mei 2012

cara mengurangi budaya mencontek

Mencontek adalah salah satu kebiasaan buruk yang di lakukan oleh para pelajar.
Perilaku menyontek mencerminkan sikap tak percaya diri yang salah satu penyebabnya karena tak siap menempuh ujian dan takut mendapatkan nilai yang rendah atau buruk. Oleh karena itu para siswa menjadi sering melakukan hal buruk tersebut. Padahal mencontek sangat merugikan diri sendiri misalnya, kita tidak dapat mengetahui kemampuan kita yang sesungguhnya, kita juga membohongi diri sendiridan orang lain, kita
Berikut adalah cara-cara mengurangi kebiasaaan mencontek…
1.    Belajar, belajar itu mutlak jangan hanya belajar saat mau ujian, tes, atau ulanga saja.
2.    Lawan rasa malas, memang sungguh sulit untuk mengusir rasa malas yang ada pada diri bagi orang yang pada awalnya telah terbiasa dengan bermalas-malasan, namun apabila telah memulai untuk rajin belajar maka lama-kelamaan kita akan mempunyai kebiasaan untuk terus belajar sehingga kinerja otak kita terus terasah.
3.    Rajin beribadah dan berdoa, sehingga bias mengingatkanmu pada Tuhan.
4.    Mulailah sedikit demi sedikit, dalam menghilngkan kebiasaan mencontek
5.    Ingatlah kedua orang tua kita, yang sudah bekerja keras membanting tulang untuk kita, tegakah kita membohongi mereka
6.    Bayangkan guru yang kamu anggap killer, yang menjadi pengawas kita saat kiat mengerjakan soal.
7.    Jangan malu bertanya, dalam hal ini kita bukan bertanya pada teman saat kita mencontek lho…
Maksudnya jangan malu bertanya pada guru saat kita tidak mengerti dengan pelajaran yang sedang di jelaskan atau bertanyalah pada teman yang sudah mengerti.
8.   Perhatikan dengan saksama pelajaran yang sedang dijelaskan.
9.   Tingkatkan kepercayaan diri, dengan tingkat rasa percaya diri yang tinggi maka kita tidak akan mau melihat hasil orang lain dan kita tidak takut dengan hasil akhir yang akan kita dapatkan.
10.Buatlah jadwal kegiatan, kita bisa menjadwal kegiatan kita sehari hari dari mulai kita bangun sampai kita istirahat, sehingga anda tidak akan dibingungkan oleh tumpukan tugas yang belum selesai.
11. Tingkatkan kedisiplinan, yang dimaksud disini adalah disiplinlah dalam menjalankan jadwal kegiatan.
12. Mulailah secepatnya saat mengerjakan soal,
Dan yang paling penting adalah jika kita berfikir betapa ruginya kita saat kita mencontek,saat kita tidak dapat tersenyum puas dengan hasil yang diharapkan, saat orang tua kita bohongi, saat kita tidak dapat mengetahui kemampuan apa yang kita miliki, saat kita terjerumus dalam pilihan yang salah seperti pilihan jurusan dan pilihan kerja yang tidak sesuai dengan kemampuankita. Jadi mencontek  hanya akan merugikan diri sendiri.

Selasa, 06 Desember 2011

letak magelang


Kota Magelang
Kota Magelang terletak di antara 7 derajat Lintang Selatan dan 10 derajat Bujur Timur, merupakan salah satu kota di Jawa Tengah yang menempati posisi sangar strategis, yaitu terletak tepat di tengah Pulau Jawa dan berada di persimpangan poros utama : Yogyakarta-Semarang, Yogyakarta-Wonosobo, Semarang-Kebumen-Cilacap. Jaraknya 65 km dari Semarang dan 42 km dari Yogyakarta.
Dikelilingi oleh gunung-gunung dan bukit seperti: Sindoro, Sumbing, Perahu, Telomoyo, Merbabu, Merapi, Andong dan Menoreh, serta terdapat sebuah bukti kecil "Gunung Tidar" di jantung kota dengan ketingggian kira-kira 500 m dari permukaan laut, menyebabkan Magelang beriklim sejuk, dengan temperatur antara 25 derajat - 27 derajat celcius. Dua buah sungai, Progo dan Elo membatasi wilayah ini di sebelah barat dan timur.

 

sejarah magelang


Sejarah

Hari Jadi Magelang ditetapkan berdasarkan Peraturan Daerah Kota Magelang Nomor 6 Tahun 1989, bahwa tanggal 11 April 907 Masehi merupakan hari jadi. Penetapan ini merupakan tindak lanjut dari seminar dan diskusi yang dilaksanakan oleh Panitia Peneliti Hari Jadi Kota Magelang  bekerjasama dengan Universitas Tidar Magelang dengan dibantu pakar sejarah dan arkeologi Universitas Gajah Mada, Drs.MM. Soekarto Kartoatmodjo, dengan dilengkapi berbagai penelitian di Museum Nasional maupun Museum Radya Pustaka-Surakarta.
Kota Magelang mengawali sejarahnya sebagai desa perdikan Mantyasih, yang saat ini dikenal dengan Kampung Meteseh di Kelurahan Magelang. Mantyasih sendiri memiliki arti beriman dalam Cinta Kasih. Di kampung Meteseh saat ini terdapat sebuah lumpang batu yang diyakini sebagai tempat upacara penetapan Sima atau Perdikan.
Untuk menelusuri kembali sejarah Kota Magelang, sumber prasasti yang digunakan adalah Prasasti POH, Prasasti GILIKAN dan Prasasti MANTYASIH. Ketiganya merupakan parsasti yang ditulis diatas lempengan tembaga.
Parsasti POH dan Mantyasih ditulis zaman Mataram Hindu saat pemerintahan Raja  Rake Watukura Dyah Balitung (898-910 M), dalam prasasti ini disebut-sebut adanya Desa Mantyasih dan nama Desa Glangglang. Mantyasih inilah yang kemudian berubah menjadi Meteseh, sedangkan Glangglang berubah menjadi Magelang.
Dalam Prasasti Mantyasih berisi antara lain, penyebutan nama Raja Rake Watukura Dyah Balitung, serta penyebutan angka 829 Çaka bulan Çaitra tanggal 11 Paro-Gelap Paringkelan Tungle, Pasaran Umanis hari Senais Sçara atau Sabtu, dengan kata lain Hari Sabtu Legi tanggal 11 April 907. Dalam Prasasti ini disebut pula Desa Mantyasih yang ditetapkan oleh Sri Maharaja Rake Watukura Dyah Balitung sebagai Desa Perdikan atau daerah bebas pajak yang dipimpin oleh pejabat patih. Juga disebut-sebut Gunung SUSUNDARA dan WUKIR SUMBING yang kini dikenal dengan Gunung SINDORO dan Gunung SUMBING.
Begitulah Magelang, yang kemudian berkembang menjadi kota selanjutnya menjadi Ibukota Karesidenan Kedu dan juga pernah menjadi Ibukota Kabupaten Magelang. Setelah masa kemerdekaan kota ini menjadi kotapraja dan kemudian kotamadya dan di era reformasi, sejalan dengan pemberian otonomi seluas - luasnya kepada daerah, sebutan kotamadya ditiadakan dan diganti menjadi kota.
Ketika Inggris menguasai Magelang pada abad ke 18, dijadikanlah kota ini sebagai pusat pemerintahan setingkat Kabupaten dan diangkatlah Mas Ngabehi Danukromo sebagai Bupati pertama. Bupati ini pulalah yang kemudian merintis berdirinya Kota Magelang dengan membangun Alun - alun, bangunan tempat tinggal Bupati serta sebuah masjid. Dalam perkembangan selanjutnya dipilihlah Magelang sebagai Ibukota Karesidenan Kedu pada tahun 1818.
Setelah pemerintah Inggris ditaklukkan oleh Belanda, kedudukan Magelang semakin kuat. Oleh pemerintah Belanda, kota ini dijadikan pusat lalu lintas perekonomian. Selain itu karena letaknya yang strategis, udaranya yang nyaman serta pemandangannya yang indah Magelang kemudian dijadikan Kota Militer: Pemerintah Belanda terus melengkapi sarana dan prasarana perkotaan. Menara air minum dibangun di tengah-tengah kota pada tahun 1918, perusahaan listrik mulai beroperasi tahun 1927, dan jalan - jalan arteri diperkeras dan diaspal.